Melambatnya ekonomi China sepanjang tahun 2012 lalu yang mendorong penurunan permintaan batubara di Indonesia dinilai banyak investor hanya bersifat sementara. Sebab kebutuhan energi dunia termasuk kebutuhan batu bara akan tetap tumbuh di masa mendatang. Lagipula konsumen batu bara Indonesia bukan hanya China tapi juga India yang permintaan batu bara terus meningkat. Hal ini membuat banyak investor baik dari dalam dan luar negeri masuk ke bisnis batubara.
Menurut investigasi yang dilakukan CDMI, negara-negara yang gencar melakukan investasi disektro batubara adalah Amerika Serikat, Australia, China, India, Jepang, Singapura, Malaysia, Thailand dan masih banyak yang lain. Caranya dengan mengakuisisi tambang atau menambah kepemilikan saham menjadi mayoritas, sehingga banyak tambang batubara di Indonesia telah berubah kepemilikannya.
Hal yang sama juga dilakukan oleh group perusahaan besar dalam negeri yang tak kalah gencarnya melakukan ekspansi dengan mengeluarkan investasi yang sangat besar diantaranya The Bumi Plc Group, The Adaro Group, The Bayan Group, The Indika Group, The Banpu Group, The BA Group, The Born Group, The Tanito Group, The Astra Group, The Sinar Mas Group, dan masih banyak lainnya.
Tahun 2011 lalu group perusahaan diatas telah merasakan manisnya bisnis batubara dan menemukan masa kejayaannya dengan pendapatan dan laba yang spektakuler seperti BUMN yang sukses membukukan pendapatan sebesar US$ 4,0 miliar, Adaro sebesar US$ 3,9 miliar, Brau US$ 1,6 miliar, BA Rp 10,5 triliun, HRUM Rp 7,2 triliun, TMT Group Rp 6,6 triliun, Born Rp 6 triliun, Indy Rp 5,2 triliun, Toba Rp 4,3 triliun, Gems Rp 2,8 triliun, ITMG Rp 2,3 triliun sehingga beberapa pemilik group perusahaan tersebut menjelma manjadi orang terkaya di Indonesia.
Sepanjang tahun 2012 group perusahaan tersebut masih tetap dapat meningkatkan kinerjanya dan sukses mempertahankan pendapatan dan labanya. Namun ada beberapa perusahaan yang walaupun sukses meningkatkan pendapatannya tapi tidak berhasil memperoleh laba seperti BUMI yang hingga September 2012 mengalami kerugian
sebesar US$ 322,0 juta. Disamping sukses membukukan pendapatan dan laba yang spektakuler, ternyata group perusahaan diatas juga mempunyai hutang yang sangat besar yang jika tak pandai mengelolanya akan menghadapi kesulitan dikemudian hari.
Suksesnya group perusahaan batubara tersebut, membuat beberapa perusahaan di Indonesia merubah orientasi bisnis intinya ke sektor batubara dengan cara mengakuisisi perusahaan pertambangan, seperti yang dilakukan oleh The Rajawali Group melalui PT. Golden Eagle Energy yang sebelumnya menjalankan bisnis hiburan dan restoran, adalagi Samindo Resources yang sebelumnya bernama MYOH Technology menjalankan bisnis informasi teknologi sebagai pengembang software yang sahamnya dikuasai oleh SAMTAN Co Ltd.