Industri keramik Indonesia memiliki keunggulan dan potensi yang cukup besar karena memiliki ketersediaan bahan baku dan sumber energi gas yang melimpah. Selain itu juga didukung dengan deposit tambang sebagai bahan baku keramik yang cukup besar dan tersebar di berbagai daerah seperti ball clay, feldspar, dan zircon, maupun ketersediaan energi gas yang melimpah sebagai bahan bakar proses produksinya.
Demikian disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Haris Munandar, dikutip dari keterangan resmi Kemenperin, Kamis (28/5).
“Selama 30 tahun terakhir, perkembangan industri keramik nasional menjadi salah satu industri unggulan dalam negeri dan prospek industri keramik nasional memiliki peluang cukup besar untuk jangka waktu yang cukup panjang,” ujarnya. Hal ini seiring dengan pertumbuhan pasar dalam negeri yang terus meningkat, terutama untuk jenis tile/ubin karena didukung oleh pertumbuhan pembangunan baik properti maupun perumahan.
Dapat disampaikan, pada 2014 industri keramik Indonesia memiliki kapasitas 1,8 juta m2/hari dan produksi 1,6 juta m2/hari. Hasil produksi 87% diserap pasar lokal dan 13%diekspor. Nilai penjualan industri keramik mencapai Rp 30 triliun dan diproyeksikan pada tahun 2015 mencapai Rp 36 triliun. Saat ini produsen keramik lantai dan dinding berjumlah 35 perusahaan dengan jumlah pabrik keseluruhan 95 unit Secara keseluruhan industri keramik mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 200.000 orang.
“Industri keramik nasional masih berpeluang untuk dikembangkan, mengingat konsumsi keramik perkapita yang masih rendah sekitar 1 m2 dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya sudah di atas 2m2,” kata Haris. Bahkan, dengan jumlah penduduk 250 juta serta didukung prospek pembangunan properti dan konstruksi di Indonesia, peluang pasar itu diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik.
“Dalam rangka menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN dan globalisasi tahun 2015, Pemerintah terus berupaya meningkatkan daya saing di beberapa sektor industri termasuk salah satunya adalah industri keramik,” tegas Haris. Pemerintah juga terus berupaya mengembangkan industri keramik nasional dengan melakukan pengembangan kemampuan SDM di bidang desain dan rekayasa produk.
Selama ini Kementerian Perindustrian telah melakukan beberapa langkah strategis dalam upaya pengembangan industri keramik nasional, antara lain: meningkatkan program peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN) dan pengawasan pelaksanaan standar nasional Indonesia (SNI) wajib bagi keramik yang beredar di pasar dalam negeri.
“Dalam kesempatan ini, saya menaruh harapan besar Kepada Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (ASAKI) agar dapat membantu dalam meningkatican pangsa pasar produk keramik nasional yang berkualitas dan inovatif, baik di tingkat nasional maupun internasional, sebagaijalan untuk membawa industri keramik nasional bersaing di pasar global,” papar Haris.
Sementara itu, Balai Besar Keramik (BBK) Bandung memiliki peran strategis dalam menjawab peluang dan tantangan guna pengembangan industri keramik nasional melalui kegiatan litbang teknologi, serta pelayanan jasa teknis industri berupa bimbingan teknis serta pengujian terhadap mutu produk keramik. “Selain itu BBK juga senantiasa melakukan inovasi, terhadap bahan baku/penolong, proses, teknologi dan desain produk yang melahirkan ide-ide baru/cemerlang yang mampu meningkatkan kualitas dan mutu produk keramik,” tuturnya.
Kerjasama penelitian dan pelayanan jasa teknis yang dilakukan oleh BBK dengan industri keramik nasional telah membuahkan berbagai hasil yang dapat diaplikasikan langsung oleh industri keramik nasional, mulai dari pengendalian mutu bahan baku, produk (standarisasi, kalibrasi dan sertifikasi), peningkatan efisiensi di dalam proses produksi, pengendalian lingkungan (internal dan eksternal), serta pembangunan dan pengembangan kapasitas industri (produk dan sumberdaya manusia).
Haris juga mengingatkan, tantangan ke depan akan semakin berat. Mau tidak mau kemandirian dan daya saing industri nasional harus ditingkatkan agar industri dapat terus tumbuh dan dapatdiandalkan untuk
mewujudkan ekonomi nasional yang tangguh. Pen-capaian tersebut dapat direalisasikan apabila didukung dengan program dan kegiatan litbang yang terarah sesuai dengan kebutuhan, berkualitas tinggi serta bertumpu pada dan sekaligus mendayagunakan potensi/keunggulan dalam negeri.
Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kualitas dan efektifitas litbang dengan mengupayakan: (1) penelitian yang bukan sekedar untuk memenuhi angka kredit tapi juga untuk memberikan solusi bagi persoalan di industri, (2) peningkatan koordinasi dan kerjasama yang sinergi diantara berbagai institusi litbang, dan (3) keterbukaan dunia usaha untuk bekerja sama dengan institusi penelitian. Saya percaya acara ini merupakan salah satu bentuk dari upaya tersebut.
Haris mengharapkan terjalinnya hubungan kemitraan yang saling menguntungkan antara masyarakat industri keramik dengan Balai Besar Keramik dan Lembaga Litbang lainnya, sehingga menjadi suatu kekuatan yang mampu memecahkan dan menjawab berbagai tantangan dan permasalahan, terutama dalam mendukung pengembangan industri keramik nasional.
Sumber : Neraca, Kemenperin.
Baca juga : Potensi Bisnis Industri Keramik Di Indonesia