Proyeksi permintaan karet sintetik
Proyeksi permintaan karet sintetik oleh industri pemakainya diperkirakan kedepannya akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan yang akan dialami oleh industri-industri tersebut. Untuk memperkirakan pertumbuhan konsumsi karet sintetik, untuk masa mendatang dilakukan pendekatan dengan analisasis time series melalui metode proyeksi semi rerata.
Selain data historis, faktor kualitatif yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan konsumsi karet sintetik di masa-masa mendatang. Dari hasil prediksi bisa diketahui bahwa total permintaan karet sintetik di tahun 2019 diperkirakan mencapai 447.454 ton kemudian di tahun berikutnya diperkirakan mencapai 648.179 ton dan pada tahun 2022 diperkirakan mencapai 530.303 ton.
Selama kurun waktu 6 tahun ke depan jenis karet yang konsumsinya diperkirakan tumbuh paling pesat adalah Nitrile Rubber yaitu mencapai 10,07% per tahun, disusul berturutan oleh Chloroprene (5,73% per tahun) lalu EPDM (5,12% per tahun), Butadiene Rubber (5,06% per tahun), Butyl Rubber (4,41% per tahun), SBR (3,25% per tahun), Isoprene Rubber (1,99% per tahun) dan SBL yang mencapai 1,81% per tahun. Rincinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Baca Juga : Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Siap Keluar dari Tekanan Global
Peluang Pasar Karet Sintetik
Peluang pasar muncul jika produsen domestik tidak mampu memenuhi kebutuhan di dalam negeri di masa-masa mendatang. Dengan ketentuan ini maka selanjutnya diketahui bahwa ke depan Indonesia diperkirakan akan mengalami kekurangan total pasokan (shortage) karet sintetik. Kondisi ini merupakan peluang investor yang berminat untuk menanamkan modal di sektor industri karet sintetik.
Pada tahun 2020 di Indonesia diperkirakan akan tercipta peluang pasar karet sintetik sebanyak 203.133 ton ton yang kemudian meningkat menjadi 227.111 ton di tahun berikutnya dan pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 323.023 ton. Jenis karet yang diperkirakan memiliki peluang pasar paling besar di tahun 2025 adalah butadiene rubber (BR) yang mencapai 107.198 ton kemudian SBR yang mencapai sekitar 104.544 ton, lalu nitrile rubber (NBR) sebesar 72.634 ton, Butyl Rubber (B-IIR) yang mencapai 36.705 ton, disusul oleh, Chloroprene (Neoprene) sebanyak 18.591 ton, EPDM 16.182 ton dan yang paling sedikit adalah Isoprene yakni hanya sebanyak 2.512 ton, sementara SBL justru memiliki kelebihan kapasitas terpasang (iddle capacity) sebesar 35.333 ton.