Pertumbuhan bisnis properti dikawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) dalam lima tahun terakhir (2009-2013) sangat tinggi dengan pertumbuhan diatas 25 persen. Tingginya pertumbuhan tersebut seiring dengan tingginya pertumbuhan ekonomi dikawasan ini sehingga banyak memunculkan kalangan menengah dan atas. Menurut survey CDMI pada tahun 2005 jumlah penduduk dikawasan Jabodetabek mencapai 21,4 juta jiwa dan pada tahun 2013 telah mencapai 29,5 juta jiwa.
Dari jumlah penduduk tersebut, sebanyak 15% adalah penduduk kelas menengah dengan penghasilan sebesar Rp. 7 juta hingga 15 juta perbulan, sebanyak 10% adalah penduduk kelas atas dengan penghasilan Rp. 15 juta hingga Rp. 50 juta per bulan dan sebanyak 5% adalah penduduk kelas sangat mapan dengan penghasilan diatas Rp. 50 juta per bulan.
Tingginya pertumbuhan kalangan menengah dan atas di Jabodetabek membuat pengembang berlomba lomba meluncurkan berbagai proyek properti andalannya, seperti, perumahan, apartemen, perkantoran, pusat perbelanjaan, soho dan perhotelan. Kecenderungannya saat ini semakin banyak pengembang yang membangun proyek propertinya dalam satu kawasan yang terintegrasi (superblok) dan telah menjadi tren tidak hanya dipusat kota bahkan hingga ke pinggiran kota.
Konsep pembangunan superblok telah dirintis sejak lama oleh pengembang terkemuka Indonesia seperti Group DJARUM, Group BAKRIE, Group AGUNG PODOMORO, Group LIPPO, Group PONDOK INDAH, Group CIPUTRA, Group PAKUWON, Group SUMMARECON dan Group INTILAND. Kini semakin banyak pengembang lain yang membangun Superblok, seperti Group METROPOLITAN, Group METLAND, Group PROVIDENT DEVELOPMENT, Group COWELL DEVELOPMENT dan Group MODERN. Yang tak kalah menarik perhatian adalah pengembang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti PP PROPERTI yang membangun superblock dengan investasi Rp. 10 triliun, ADHI REALTY Rp. 4 triliun, WASKITA KARYA Rp. 5 triliun dan PERUMNAS Rp. 3,5 triliun.