Persaingan industri mie, Indonesia adalah pasar mie terbesar nomor dua di dunia setelah China dengan jumlah produksi mie yang terus meningkat. Pada tahun 2008 total produksi mie Indonesia, baik mi instan, mi kering dan mi basah mencapai 1,6 juta ton, pada tahun 2013 produksinya telah mencapai 2,0 juta ton dan diprediksi tahun 2014 mencapai 2,2 juta ton. Tingginya produksi mie dalam negeri seiiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang menjadikan mie sebagai kebutuhan pokok sehari hari.
Dengan jumlah penduduk Indonesia mencapai 250 juta jiwa, potensi industri ini sangat besar dan menjanjikan apalagi tren konsumsi masyarakat Indonesia saat ini yang sudah mulai bergeser ke jenis makanan instan. Menurut Asosiasi Roti, Biskuit dan Mi Instan (Aprobim), pada tahun 2013 permintaan mi instan di Indonesia mencapai 18 milyar bungkus atau meningkat pesat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 16,5 milyar bungkus dan di prediksi tahun 2014 mencapai 20 milyar bungkus.
Melihat besarnya potensi tersebut membuat produsen mie dalam negeri berlomba lomba untuk meningkatkan produksinya. Tahun 2011 lalu INDOFOOD Group sebagai produsen terbesar mengeluarkan investasi sebesar Rp. 700 milyar untuk membangun tiga pabrik mi instan. WINGS Group, melalui tiga anak usahanya juga mengeluarkan dana yang sangat besar untuk meningkatkan kapasitas produksinya, hal yang sama juga dilakukan oleh ABC Group, OLAGAFOOD Group, JANGKAR MAS Group, TPS Group, RODAMAS Group, MEDCO Group, SIANTAR TOP Group, MAYORA Group dan masih banyak yang lain.
Secara nasional pangsa pasar mie tetap didominasi INDOFOOD Group melalui brandnya INDOMIE, SUPERMI, SARIMI dan POP MIE. Namun sejak 10 tahun terakhir dominasi tersebut terus mengalami penurunan dengan hadirnya MIE SEDAAP milik WINGS Group, bahkan pasar MIE SEDAAP telah jauh meninggalkan SUPERMI, SARIMI dan POP Mie dan kini head to head dengan INDOMIE. Menurut survey CDMI, pasar MIE SEDAAP di tiga kota besar Indonesia yaitu Surabaya, Semarang dan Denpasar mulai menempel posisi INDOMIE dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Memasuki tahun 2014 INDOMIE telah memiliki strategi jitu untuk membuat jarak semakin jauh
dengan MIE SEDAAP.
Untuk mengetahui potensi industri mie di dalam negeri, CDMI sebuah konsultan terkemuka di Indonesia saat ini, tertarik untuk melakukan riset yang mendalam dan akhirnya sukses menerbitkannya dalam sebuah buku yang berjudul “Studi Potensi Bisnis dan Pelaku Utama Industri MIE (Mi Instan, Mi Kering dan Mi Basah) di Indonesia, 2014-2018”.
Buku studi ini sangat berguna untuk industri mie dalam negeri, investor yang akan masuk ke bisnis ini, pihak perbankan sebagai kreditor, distributor dan industri pendukung lainnya, agar mengetahui perkembangan industri mie di Indonesia serta proyeksinya dalam lima tahun mendatang.