Industri peternakan dalam negeri masih banyak mengalami permasalahan dan selalu menjadi sorotan publik dan belum ditemukan solusi terbaik hingga saat ini. Padahal, daging, telur, dan susu merupakan komoditas sangat strategis, tidak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan pangan, namun juga sumber pencerdas bangsa yang tidak tergantikan.
Pada sektor peternakan yang paling banyak dikonsumsi adalah daging sapi, kambing dan ayam (unggas). Saat ini omzet bisnis perunggasan sangat spektakuler yaitu sekitar Rp455 triliun per tahun. Namun dari total omzet tersebut, peternak rakyat keberadaannya hanya tinggal 15% hingga 18% saja.
Menurut survey PT. CDMI, kebutuhan ternak Indonesia dalam lima tahun terakhir (2012-2016) terus mengalami peningkatan, kecuali kebutuhan kambing yang berfluktuatif. Kebutuhan terbesar adalah ayam (Unggas), disusul sapi, kambing dan domba. Pada tahun 2012 kebutuhan ayam (unggas) mencapai 1,70 milyar ekor dan ditahun 2016 meningkat menjadi 2,10 milyar ekor, disusul kebutuhan sapi pada tahun 2012 mencapai 2,55 juta ekor dan meningkat ditahun 2016 menjadi 2,69 juta ekor, kemudian kebutuhan kambing ditahun 2012 mencapai 2,55 juta ekor dan ditahun 2016 menurun menjadi 2,01 juta ekor, sedangkan kebutuhan domba ditahun 2012 mencapai 1,12 juta ekor dan ditahun 2016 meningkat 1,14 juta ekor.
Dari keempat ternak tersebut, yang paling sulit pengelolaannya adalah daging sapi. Belum berhasilnya pemerintah dalam mengelola penyebaran daging sapi di Indonesia memicu gejolak harga daging yang tinggi pada daerah-daerah tertentu terutama Jabodetabek. Kekurangan stok pada daerah yang tinggi permintaan membuat gejolak harga yang berpengaruh pada keresahan secara nasional.
Buruknya manajemen logistik daging sapi telah banyak dimanfaatkan beberapa importir untuk mengklaim kurangnya kebutuhan daging sapi dalam negeri sehingga diperlukan impor. Berbagai siasat dilakukan, sehingga beberapa diantara importir bahkan terjerat masalah hukum dan berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), karena bermain mata dengan para pejabat.
Melihat kenyataan ini, presiden Joko Widodo serius membenahi kondisi ini dengan upaya meningkatkan peran sapi lokal. Seluruh hasil produksi peternak lokal, berapapun jumlahnya akan diserap dengan menugaskan BULOG sebagai penyangga. Menurut Pemerintah, BULOG tidak boleh beralasan tidak memiliki dana, karena berapapun dana yang dibutuhkan akan disiapkan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian dan Peternakan. Saat ini BULOG juga sudah melakukan impor daging sapi. Selengkapnya, baca di buku studi riset Studi Potensi Bisnis dan Pelaku Utama Industri PETERNAKAN di Indonesia,2017 – 2021.
Selain itu juga menampilkan perusahaan importir daging sapi yang terbesar melakukan impor ditahun 2016 beserta nilai impornya. Juga tak ketinggalan membahas kebutuhan telur dan susu yang permintaannya juga terus meningkat.