Industri sawit Indonesia masih mengalami tekanan dalam tiga tahun terakhir (2014-2016). Ekonomi global yang belum membaik membuat permintaan CPO di pasar internasional sulit untuk meningkat, sehingga harga CPO terus berfluktuasi. Beratnya tekanan yang dihadapi oleh industri sawit dalam negeri menghambat langkah ekspansi yang telah dicanangkan sebelumnya. Banyak diantara perusahaan sawit yang melakukan efesiensi dengan mengurangi kapasitas produksi dan melakukan penghematan di berbagai sektor.
Banyak perusahaan sawit Indonesia yang berhasil menghadapi tekanan berat ini, utamanya perusahaan besar yang telah menguasai jaringan pemasaran yang kuat di pasar lokal dan internasional. Perusahaan ini juga sukses mengembangkan berbagai produk hilir sawit, karena tidak mau mengandalkan penjualan CPO saja. Namun hasil investigasi dan pengumpulan data oleh CDMI juga menemukan fakta, banyak perusahaan sawit Indonesia yang tidak mampu bertahan, sehingga menjual perkebunan dan pabrik kelapa sawit miliknya dengan harga yang tak pantas.
Walaupun ditahun 2016 industri sawit Indonesia belum stabil, tapi banyak pengamat yang meyakini bahwa tahun 2017 dan 2018 industri sawit akan kembali berjaya, itulah mengapa investor baru terus bermunculan, baik investor lokal maupun asing. Menurut informasi yang diterima CDMI dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di tahun 2016 ada ratusan perusahaan kelapa sawit baru yang telah mendapatkan izin untuk membuka lahan perkebunan sawit dengan investasi yang fantastis dan di tahun 2017 izin izin baru terus berdatangan.
Melihat dinamikan industri sawit dalam beberapa tahun terakhir, CDMI sebagai perusahaan konsultan yang memiliki keahlian dalam pengumpulan data, tertarik untuk melakukan investigasi selama enam bulan terhadap perusahaan perusahaan sawit dalam negeri dan ahirnya sukses menerbitkannya dalam sebuah buku yang berjudul Indonesian OIL PALM & REFINERY Directory, 2017.
Buku Directory ini berisi lebih dari 1.500 perusahaan kelapa sawit di seluruh Indonesia yang telah di perbarui datanya, sehingga sangat dibutuhkan oleh industri alat berat, industri manufaktur, industri pupuk, industri pembibitan, industri baja, industri alat pertanian, industri makanan, industri farmasi, industri perbankan, industri perdagangan, kontraktor dan industri pendukung lainnya.